Semakin banyak buku yang dibaca oleh seseorang maka semakin mahir menemukan tempo dan tahu cara berhenti di saat-saat yang tepat. Semakin banyak pengalaman yang didapatkannya, maka bahasa akan mengalir dengan lebih mudah dari bibirnya dan dia bisa menaruh perhatian lebih banyak pada 2 hal yang penting dalam berkata-kata: empati dan kemampuan berbicara.
Mampu membaca buku teks bukanlah kemampuan bawaan. Kemampan untuk menguraikan huruf alfabet tidak berada dalam gen kita. Ia bukan hal yang alami- sebuah kemampuan yang kita dapatkan selama tahun-tahun pertama kita di sekolah; beberapa orang lebih sukses daripada yang lainnya.
Saat kita membaca, maka banyak bagian otak yang diaktifkan. Membaca adalah kombinasi dari mengenali simbol dan pola, menghubungkannya dengan suara dan mengumpulkannya menjadi suku kata sampai akhirnya kita mampu menginterpretasikan arti sebuah kata. Selain itu, kata itu harus diletakkan sesuai dengan konteks ia ditemukan, untuk menghasilkan erti.
(Dipetik sesedap rasa dari sebuah novel antarabangsa: Libri di Luca)
2 comments:
Siapa duga wahyu pertama umpama tekaan paling-paling tepat tentang masa hadapan? Kini buku, novel, cerpen, komik, kitab, blog, artikel, akhbar, majalah, e-mel, dan lain-lain... adalah dunia. Malu besarlah umat Islam yang gagal mengikut suruhan ini sedangkan para non-muslim memperguna seruan ini untuk berjaya..
ehheheh ...kamu semakin matang mencari bahan dan menyusun bicara ....
Post a Comment